"The reward for conformity is that everyone likes you but yourself" -Rita Mae Brown
Dari kecil hingga saat saya menginjak Sekolah Menengah Atas atau SMA yang saya selalu pikirkan ya untuk bisa diterima dan diapresiasi oleh teman-teman dan orang lain, entah kenapa saya selalu berfikiran seperti itu, layaknya seperti ajang sosial untuk bisa fit-in kemanapun, egois, sangat egois, hingga saya tidak memikirkan 'diri saya' sendiri dan tidak mengenal siapa saya sebenarnya pada saat itu, di otak saya selalu memikirkan how i treat the others, bukannya saya memikirkan how i treat myself for my own conformity. Dari saya berpakaian, berperilaku , dll pasti saya memikirkan semuanya untuk bisa diterima oleh orang-orang sekitar saya, jujur, saya lelah karena saya sayang memaksakan diri saya just for the acceptance from my surroundings, i pity myself back then. Akibat dari hal ini, saya ngerasa tidak nyaman, kesannya sangat memaksakan diri saya.
Saya akhirnya sadar, mendengar quotes ini rasanya saya ditampar habis-habisan, saya sadar bahwa cara kita dapat diterima oleh orang lain yaitu dengan cara menerima kita sendiri apa adanya dan dengan menerima diri kita sendiri kita bisa mendapatkan kenyamanan dan kepuasan diri sendiri. Saya jadi tidak memikirkan apa yang harus saya lakukan demi bisa diterima orang lain. Dari dengan cara saya berpakaian, saya tidak lagi peduli dengan kata orang dengan apa yang saya kenakan, saya pernah mengenakan pakaian yang memang saya nyaman tapi pernah ditanya "lo pake baju apaansih? Aneh." Disitu saya tidak peduli lagi karena saya mengenakan apa yang nyaman menurut saya. Tidak peduli dengan persepsi orang yang memikirkan bahwa kita sebagai manusia di jaman sekarang harus hidup sesuai dengan beauty standard yang ada, itu adalah persepsi yang bodoh. Dengan cara kita mencintai diri kita sendiri, kita akan merasakan kenyamanan dan self-acceptance yang sangat besar, itu juga menambahkan kepercayaan diri saya dengan cara-cara seperti self-love, body positivity dll.
Dari situ saya sadar, hidup harus kita jalani dengan cara tidak usah mendengar cemooh orang lain, tidak harus memikirkan orang lain yang memutuskan cara hidup kita, karena hal-hal tersebut adalah toxic. Quotes itu telah memberi pelajaran untuk saya lebih banyak mendapatkan hal-hal positif bagi kehidupan saya.
Sama seperti sebuah merek, selalu harus 'true to oneself' sehingga dalam pembuatan komunikasi, walau dibangun dari pekerjaan banyak orang, sebuah merek harus tampil percaya diri sebagai 'dirinya sendiri'. Karena itu ada istilah bahwa 'riset produk yang mengandalkan pendapat banyak orang hanyalah sebuah bentuk konformasi umum yang akan membuat pesan yang tidak unik'.
BalasHapusTetapi penampilan diri berbeda dengan kerja dalam sebuah kelompok profesional. Bukan kemampuan untuk conform yang penting tetapi bagaimana seseorang dapat membuang 'ego' dan menjadi bagian berharga (punya skill) karena keterbukaan dan sifat inklusif alias "nggak diem diem aja, tetapi berbagi dan menerima untuk mencapai sebuah tujuan'